Kamis, 25 Maret 2010

JURNAL NASIONAL MENGENAI PENGANGGURAN

Menurut Sonny Harry B. Harmadi dalam penelitiannya yang berjudul “Pengangguran, Kemiskinan, dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia” menyatakan bahwa kaitan antara pengangguran, kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi dapat memberkan ilustrasi dan pemahaman secara deskriptif mengenai kualitas pembangunan di Indonesia. Berbagai literatur ilmiah menunjukkan bahwa manusia merupakan faktor utama dalam pembangunan. Proses pembangunan suatu bangsa tidak lagi dapat dipahami secara terbatas pada pertumbuhan ekonomi semata, namun baru pula memuat di dalamnya proses pembangunan manusia. Jika pembangunan manusia dipahami sebagai kumpulan berbagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, maka kemiskinan justru dipahami harus bergerak ke arah yang berkaitan (penurunan angka kemiskinan). Data yang ada mejumlahkan bahwa persentase penduduk miskin pada tahun 1996 dan 2006 ternyata relatif same. Ini memperlibatkan tidak banyaknya perubahan kondisi kesejahteraan di Indonesia. Dalam hal pengangguran, pertumbuhan ekonomi memperlihatkan gerak yang searah dengan angka pengangguran. Hal ini mengindikasikan belum berkualitasnya pertumbuhan ekonomi dari sudut pandang pasar tenaga kerja. Dengan pemahaman sederhana dapat dikatakan babwa orang yang menganggur pasti lebih mudah menjadi miskin, dan pada orang yang tidak menganggur. Dengan menggunakan analisis derkriptif, tulisan ini mencoba memberikan gambaran yang lebih luas mengenai pengangguran.

Menurut I Nyoman Raja dalam penelitiannya “Tingkat Pengangguran di Perkotaan” menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi merupakan penyebab besarnya jumlah tenaga kerja atau penduduk yang. berumur 10 tahun ke atas. Masalah ketenaga¬kerjaan lndonesia selain diharapkan pada kualitas yang relatif masih rendah, juga dihadapkan pada masalah masih relatif tingginya tingkat pengangguran terbuka. Pada tahun 1971 tingkat pengangguran sebesar 1,7 %, naik menjadi 3,2 % pada tahun 1990. Pada tahun 1994 tingkat pengangguran naik men¬jadi 4,4 %. Tampaknya terdapat kecenderugan tingkat peng¬angguran meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan. Kecenderugan tersebut semakin jelas di daerah perkotaan. Memasuki tahun 1998, sektor ketenagakerjaan menghadapi tantangan berat, akibat krisis moneter yang ber¬ubah menjadi krisis ekonomi telah memukul sebagian besar sektor dunia usaha di perkotaan. Akibat dari krisis ekonomi tersebut beberapa perusahaan di perkotaan mengadakan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Hal tersebut akan mempertinggi tingkat pengangguran di perkotaan pada awal tahun 1998.

Menurut Ardi Hamzah, SE, MSi, Ak dalam penelitiannya “Analysis The Revenue And Expense On Economic Growth, Poverty, And Unemployment” menyatakan bahwa The purpose of this study are to know effect variables expense and revenue on economic growth, poverty and unemployment. The samples of the study are APBN for 1999 – 2006. The result study with descriptive analysis indicate that revenue and expense meanly increase, but increase expense bigger than revenue. Indicate this meanly deficit. The gowth economic and unemployment meanly increase, while poverty fluctuative from year to year. The result of study with regression indicate that expenset-1 positively significant effect on revenuet. For effect revenuet and revenuet on unemploymentt indicate positively significant effect. The effect expenset and expenset-1 on unemploymentt indicate positively significant effect. For effect economic growtht-1 on unemploymentt indicate positively significant effect.

Menurut Gamala dalam penelitiannya “Pengelompokan Industri Pakaian Jadi Di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang” menyatakan bahwa sebagai salah satu sektor andalan Kota Tangerang, sektor industri dan perdagangan memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan Kota Tangerang. Kontribusi kedua sektor ini bagi perekonomian Kota Tangerang selama tiga tahun terakhir (2000-2003) mencapai 75% dari total PDRB Kota Tangerang. Lebih spesifik lagi, kontribusi sektor industri pengolahan ternyata masih mendominasi struktur perekonomian Kota Tangerang dan dapat dikatakan masih menjadi sektor basis perekonomian Kota Tangerang. Hal ini dapat dilihat dari angka distribusi prosentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku yakni dengan kontribusi sebesar 58,44 % pada tahun 2003 dan pada tahun sebelumnya (2002) mencapai 59,69 % tentu saja ini bisa menurangi pengangguran.

Menurut Sundari Dwi Hastuti dalam penelitiannya ”Pengaruh persepsi pada peluang kerja Terhadap motivasi belajar Studi pada mahasiswa pendidikan akuntansi” menyatakan bahwa pada saat ini di Indonesia jumlah angkatan kerja terbesar adalah angkatan kerja yang bekerja sebagai petani yang pada hakikatnya adalah merupakan pengangguran yang kentara ataupun tidak kentara, di sisi lain kita tidak dapat menutup mata terhadap persoalan urbanisasi yang meningkat, sebagai akibat dari tidak ada atau tidak menariknya pekerjaan serta tidak betahnya orang yang telah mencapai usia kerja tetapi sebagai lulusan atau droupout dari sekolah-sekolah dan lembaga-lembaga yang ada di pedesaan. Di samping itu juga pada dasarnya manusia melakukan mobilitas (urbanisasi) dengan suatu tujuan yaitu untuk meningkatkan kualitas hidupnya atau untuk memperoleh pekerjaan serta pendapatan. Dengan demikian daerah mobilitas penduduk merupakan daerah dimana terdapat peluang yang lebih besar untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik atau daerah perkotaan. Padahal di daerah perkotaan belum cukup tersedia lapangan dan kesempatan kerja yang sesuai untuk menampung mereka. Sehingga tidak dapat di hindari bahwa lapangan kerja makin lama makin sulit di dapatkan. Untuk membuktikan bahwa masih kurangnya kesempatan kerja dan lapangan kerja dapat dilihat bila ada instansi yang membuka lowongan kerja, hal ini dapat diketahui banyaknya orang yang berkeinginan untuk mendapatkan salah satu lowongan itu. Masalah peluang kerja tidak dapat dipisahkan dengan dunia pendidikan, tenaga kerja sebagian besar merupakan output dari lembaga pendidikan. Output yang diharapkan menurut M. Eko Susilo, seperti dikutip Sudomo dan teman-teman adalah “ Searah dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan yang relevan, efektif dan kontinyu serta fleksibel.” Relevansi yang dimaksud adalah output pendidikan itu harus sesuai dengan situasi pembangunan di Negara kita, efektif artinya output itu harus mampu menjawab problem-problem pembangunan sesuai dengan keahliannya, efisien artinya output pendidikan itu harus mampu menghasilkan sesuatu yang positif dalam pembangunan sesuai dengan dana yang ada. Kontinuitas artinya output pendidikan hendaknya mampu melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya yang sesuai dengan jenis program yang dimilikinya, sedangkan fleksibilitas dimaksudkan tidak kaku artinya ada semacam ruang gerak yang memberikan sedikit kebebasan dalam bertindak. Dengan demikian lulusan pendidikan itu harus mampu menghasilkan sesuatu yang positif dan diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada dalam masyarakat, sedangkan yang di butuhkan adalah tenaga kerja yang cakap dan terampil. Jadi dapat disimpulkan bahwa banyaknya jumlah pengangguran disebabkan tidak relevannya produk lembaga pendidikan dengan kebutuhan atau daya tampung lapangan kerja, produk lembaga pendidikan di sinyalir rendah kualitasnya sehingga di ragukan kepemilikan skillnya, untuk menggeluti lapangan kerja yang tersedia. Disamping itu membengkaknya kuantitas produk lembaga pendidikan juga menjadi kendala sulitnya seseorang memasuki lapangan kerja dan timbulnya pengangguran.